BAB I
PENDAHULUAN
Kesenian
merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal. Kebudayaan
merupakan “Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Itu berarti
bahwa kesenian juga merupakan hasil budi dan karya manusia.
Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia kesenian berarti perihal seni atau keindahan. Kesenian
berasal dari kata dasar seni. Kata seni merupakan terjemahan dari bahasa asing
“Art” (bahasa Inggris) istilah “Art” sendiri sumbernya berpangkal dari bahasa
Itali, yaitu “arti”. Perkataan “arti” ini dipergunakan pada zamannya untuk
menunjukkan nama sesuatu benda hasil kerajinan manusia pada masa perkembangan
kebudayaan eropa klasik, yaitu pada zaman yang dinamakan orang dengan sebutan
Renaissance di Italia. Dari “arti” menjadi “art”, yang kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi seni. Selalu dihubungkan dengan perasaan
keindahan.
Seni adalah
sesuatu yang indah yang dihasilkan manusia, penghayatan manusia melalui
penglihatan, pendengaran dan perasaan. Seni merupakan penjelmaan rasa indah
yang terkandung jiwa seseorang, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat
komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara),
penglihat (seni lukis) atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari,
drama). Namun yang akan dibahas lebih lanjut yaitu berhubungan dengan seni
suara khusus “seni musik”
BAB II
ALAT MUSIK TRADISIONAL DAERAH
PROVINSI ACEH
ARBAB
Arbab
adalah sejenis alat musik yang mirip dengan biola. Alat musik Arbab dibuat dari
tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai. Sementara busur penggeseknya
terbuat dari kayu, rotan atau serat tumbuhan. Terdiri dari dua bagian, yaitu
instrumen induk yang disebut arbab dan menggeseknya yang disebut Go Arbab. Cara
memainkiannya adalah dengan cara menggesekkan Go Arbab ke dawai yang terdapat
pada instrumen induk. Jenis musik yang menggunakan Arbab dipertunjukkan pada
saat acara-acara hiburan rakyat, acara kesenian daerah, acara pasar malam, dan
lain sebagainya.
Bangsi Alas
Bangsi/Bansi
Alas adalah jenis Instrumen alat musik tiup bambu tradisional yang tumbuh dan
berkemang di Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara, panjang bangsi/bansi sendiri
lebih kurang panjang 41 cm dan berdiameter 2,8 cm, yang mana memiliki 7 buah
lubang dibagian atas bansi yang setiap lubangnya semakin ke ujung akan semakin
lebar. dari 7 buah lubang memiliki fungsinya tersendiri yang terbagi dalam enam
buah lubang nada, dan satu buah lubang udara yang letaknya dekat dengan tempat
yang ditiup. Cara memainkannya adalah dengan cara ditiup.
BEREGUH
Bereguh
adalah alat musik tradisional yang dibuat dari tanduk kerbau. Bereguh umumnya
digunakan untuk alat komunikasi pada saat di hutan atau tempat dimana seseorang
sedang berjauhan dengan orang lain. Cara penggunaan bereguh agar dapat
menghasilkan bunyi adalah dengan ditiup pada ujung instrumen yang meruncing dan
melengkung, namun demikian rentang nada yang dapat dihasilkan oleh instrumen
musik ini umumnya terbatas dan sangat bergantung pada teknik yang digunakan
peniup dalam memainkannya.
CANANG
Canang
atau bende adalah sejenis gong kecil, biasanya digunakan untuk mengiringi
tarian-tarian tradisional Aceh. Dimainkan dengan cara dipukul dengan alat
berupa kayu yang diujungnya terdapat bantalan.
GEUNDRANG
Geundrang
merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang
termasuk jenis alat musik pukul, cara memainkannya adalah dengan memukul
menggunakan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh
Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara.
Fungsi Geundrang merupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.
RAPAI / RAPA-II
RAPAI
adalah alat musik perkusi tradisional Aceh yang dimainkan dengan cara dipukul
dengan tangan tanpa menggunakan stick. RAPAI sering digunakan pada
upacara-upacara adat di Aceh seperti upacara perkawinan, sunat rasul, pasar
malam, mengiringi tarian, hari peringatan, ulang tahun dan sebagainya, dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh baik
secara filosofïs atau kultural. Rapai berperan mengatur tempo, ritmik,
tingkahan, gemerincing serta membuat suasana menjadi lebih hidup dan meriah.
Nama Rapai diadopsi dari nama Syeik Rifai yaitu orang yang pertama kali
mengembangkan alat musik ini. Bentuk Rapai hampir seperti rebana, hanya saja
terdapat sedikit perbedaan antara rapai dan rebana, yakni kayu yang digunakan
untuk pembuatan kedua alat musik ini. Ukuran dan beratnya pun berbeda, rapai
cenderung lebih besar dan berat dibandingkan dengan rebana.
SERUNE
KALEE
Sumber
bunyi: Aerofon. Cara memainkannya dengan cara ditiup, sebagai pengatur nada
terdapat lubang yang dimainkan dengan jari.
TAKTOK TRIENG
TAKTOK TRIENG
Taktok
Trieng merupakan sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai
di daerah Kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Biasanya diletakkan
di balai-balai pertemuan, di langgar, bahkan ada juga yang digunakan di sawah
yang berfungsi untuk mengusir burung pada saat akan datangnya musim panen.
TAMBO
Tambo
adalah alat musik tradisional Aceh. Tambo terbuat dari batang iboh, kulit sapi,
dan rotan sebagai alat peregang kulit. Bentuknya sejenis tambur dan dimainkan
dengan cara dipukul. Pada zaman duhulu, tambo berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menandakan datangya waktu salat dan untuk mengumpulkan warga ke meunasah
guna membicarakan masalah-masalah-masalah yang ada dalam suatu kampung.
BAB III
PENUTUP
Keanekaragaman alat musik tradisional yang terdapat
di Aceh merupakan salah satu identitas dari masyarakat Aceh. Oleh karena itu
menjadi tugas masyarakat Aceh untuk tetap dijaga, dipelihara kelestariannya.
sehingga tidak menjadi punah.
Hal ini tentunya juga peran dari pemerintah daerah
dan pihak-pihak terkait untuk mendukung dan bersama-sama memperkenalkan kepada
generasi muda betapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang diwariskan oleh
nenek moyang terdahulu. Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi
wisatawan Nusantara dan manca Negara untuk dapat lebih mengenal adat dan seni
budaya daerah Aceh.
No comments:
Post a Comment