BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mesin
Enigma (berasal dari kata Latin, aenigma
yang bermakna teka-teki) adalah sebuah mesin rotor elektromekanik yang
digunakan untuk mengenkripsi suatu pesan dan mendekripsikan kembali pesan
tersebut. Mesin Enigma dipatenkan oleh seorang insinyur asal Jerman yang
bernama Arthur Scherbius, yang kemudian digunakan oleh militer dan pemerintah
Jerman Nazi sebelum dan selama Perang Dunia II. Dan kemudian yang paling
terkenal adalah versi Mesin Enigma yang dipakai oleh Wehrmacht (angkatan
bersenjata Jeman Nazi). Nazi sendiri mulai menggunakan mesin ini sejak tahun
1928.
Pada
awalnya Nazi menganggap bahwa Enigma adalah mesin kriptografi teraman di dunia.
Namun pihak sekutu terus berusaha keras untuk memecahkan kode cipher yang
dihasilkan oleh Enigma, sehingga pada akhirnya, pada tahun 1932, metode
dekripsi untuk mesin ini ditemukan oleh tim matematikawan muda yang diberi
tugas oleh badan intelijen Polandia yang terdiri dari Marian Rejewski, Jerzy
Rozycki, dan Henryk Zygalski. Pihak Nazi yang menyadari hal ini pun mendesain
ulang Enigma pada tahun 1939, sehingga metode tersebut tidak dapat digunakan
kembali. Namun berbekal metode dari Polandia, Britania dan Perancis berhasil
membuat mesin pemecah kode untuk mesin Enigma yang baru ini, yang diperkenalkan
dengan nama bombe.
Keberhasilan
pemecahan kode mesin Enigma ini sendiri terbukti menjadi faktor penting
kemenangan Sekutu pada Perang Dunia II, dan berhasil memperpendek lamanya
Perang Dunia II.
Adapun
jauh sebelum itu, bahkan jauh sebelum adanya komputer, kriptografi serupa telah
dilakukan, dan biasanya memang dilakukan dalam rangka menyembunyikan pesan yang
dikirim dalam perang.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah
Awal Mulanya Enigma
2. Desain
dan Mekanisme Enigma
3. Cara
Kerja Enigma
4. Enkripsi
Pada Enigma
5. Pemecahan
Kode Mesin Enigma
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang-tentang Enigma yang di
gunankan !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Mulanya Enigma
Mesin
Enigma yang termasuk dalam mesin kriptografi mekanik-elektrik yang berbasis
rotor ini ditemukan oleh seorang Jerman bernama Arthur Scherbius di Berlin. Di
mana di saat itu orang-orang memang sedang gemar menggunakan electrical connection untuk mengotomastisasi
pekerjaan mengkonversi huruf menggunakan tabel. Waktu itu, awalnya Arthur
Scherbius ingin memproduksi dan memperjualbelikan secara komersil mesin enigma
buatannya itu ke khalayak umum, terutama yang bergerak di bidang bisnis, namun
ternyata keadaan berkata lain, karena akhirnya mesin ini dibutuhkan oleh
angkatan bersenjata Jerman , dan saat itu memang sedang saatnya Perang Dunia
II. Dan angkatan laut Jerman berhasil membuat mesin cipher Shcerbius pada tahun
1926 yang merupakan modifikasi dari enigma versi komersial, dan berhasil
membuat enigma versi militer pada tahun 1930. Dan pada akhirnya sejak
pertengahan 1930, angkatan bersenjata Jerman hampir semua telah memakai enigma.
Gambar 1 Mesin Enigma
B. Desain dan Mekanisme Enigma
Desain
enigma versi militer yang banyak dipakai oleh angkatan bersenjata Nazi terdiri
dari bagian-bagian sebagai berikut :
1. Papan
ketuk
2. Lampu
3. Stecker Board
4. Scrambler
5. Entry Wheel
6. Rotor
7. Reflector (Umkerwalz)
Gambar 2 Plugboard pada Enigma
Dengan bagian yang
paling penting adalah rotor, karena rotorlah mekanisme utama dalam
pengenkripsian yang dilakukan :
Gambar
3 Rotor pada Enigma
Adapun bagian-bagian
dari rotor tersebut dengan penomoran sesuai dengan gambar di atas adalah :
1. nger
notches,
2. alphabet
ring,
3. shaft,
4. catch,
5. core
containing cross-wirings
6. spring
loaded contacts,
7. discs,
8. carry
notch.
C. Cara Kerja Enigma
Enkripsi
yang dilakukan enigma sebenarnya adalah substitusi, di mana sebuah huruf
digantikan dengan tepat sebuah huruf juga, hanya saja substitusi dilakukan
beberapa kali. Dan walau hanya dengan substitusi, sebuah pesan akan sulit
sekali didekripsi jika tidak dengan alat yang sama, dengan pengaturan posisi
yang sama, tipe substitusi yang sama, dan kode kunci yang sama. Dan semua
substitusi tersebut dilakukan dengan wiring
(sambungan listrik melalui kawat).
Gambar 4 Wiring pada Mesin Enigma
Arti
dari wiring tersebut adalah jika misal A pada left rotor terhubung dengan D pada middle rotor, maka jika A
pada left rotor teraliri listrik, maka D pada middle rotor akan teraliri listrik juga.
Sedangkan
secara sederhana cara kerja dari mekanisme wiring tersebut adalah wiring
tersebut menunjukkan subsitusi dari tombol yang ditekan, yang dilakukan dengan
cara memasang lampu. Jadi misal sesuai contoh di atas jika tombol / saklar A
ditekan, maka lampu D akan menyala. Kemudian hal tersebut dilakukan ulang namun
dengan mengganti rotor yang sedang digunakan.
Kemudian
dilakukan pergeseran pada rotor setiap kali ada tombol yang ditekan. Begitu
seterusnya selama pesan diketik.
Dan
dengan adanya reflector jalannya arus
dapat dibalikkan dari right rotor ke left rotor, yang efeknya adalah
kemungkinan yang meningkat 26 kali dari substitusi huruf. Relector ini
menyebabkan Enigma tidak perlu mengubah state jika sedang ingin mengenkripsi
sebuah pesan ataukah ingin mendekripsikannya.
Namun
Reflector ini menyebabkan kelemahan
pada mesin Enigma ini, di mana terjadi resiprok, di mana jika misal huruf M
dienkripsikan menjadi T, maka huruf T akan dienkripsikan menjadi huruf M pada
rotor yang sama, dan sebuah huruf tidak akan mungkin bisa dienkripsi menjadi
dirinya sendiri.
Gambar 5 Skema Cara kerja Enigma
Sedangkan
rotor untuk enigma ada beberapa, walaupun yang dapat dipakai dalah satu waktu
pada satu enigma adalah 3 buarh saja, yang diberi nama L (left), M (middle),
dan R (right). Sedangkan jenis-jenis rotor yang ada diberi nama rotor I, rotor
II, rotor III, dan seterusnya.
Di
bawah ini adalah beberapa jenis rotor yang pernah digunakan oleh enigma
Rotor ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
I EKMFLGDQVZNTOWYHXUSPAIBRCJ
II AJDKSIRUXBLHWTMCQGZNPYFVOE
III BDFHJLCPRTXVZNYEIWGAKMUSQO
IV ESOVPZJAYQUIRHXLNFTGKDCMWB
V VZBRGITYUPSDNHLXAWMJQOFECK
VI JPGVOUMFYQBENHZRDKASXLICTW
VII NZJHGRCXMYSWBOUFAIVLPEKQDT
VIII FKQHTLXOCBJSPDZRAMEWNIUYGV
Pada
setiap rotor tersebut dikenal adanya istilah Turnover, yaitu posisi di mana sebuah rotor mulai bergerak menggeser rotor di sampingnya. Rotor R akan selalu
bergerak 1 huruf setiap kali tombol ditekan., dan jika turnover dari rotor R tersebut adalah S, maka rotor R tersebut akan
menggeser rotor M sejauh 1 huruf jika sudah mencapai posisi turnovernya (posisi di huruf S). Setiap
jenis rotor mempunyai turnover
masing-masing.
Adapun
peran besar juga disumbangkan oleh plugboard. Plugboard sendiri adalah sebuah
papan yang mengganti arus dari huruf awal ke huruf yang diinginkan dengan cara
meneruskan arus tersebut dengan kabel. Seperti yang terlihat di Gambar 2, di
situ terlihat bahwa huruf A dihubungkan dengan huruf J, dan huruf S dihubungkan
dengan huruf Q, jadi semua A, akan menjadi J, dan sebaliknya demikian juga,
semua huruf J akan berubah menjadi huruf A. Hal tersebut juga terjadi antara
huruf S dan huruf Q.
D. Enkripsi Pada Enigma
Sebenarnya
yang terjadi pada enigma pada sebuah enkripsi yang dia lakukan adalah sebuah
permutasi panjang :
E
= P R M L U L- 1M-1 R-1 P-1
Dengan
R adalah right rotor, M adalah middle rotor, L adalah left rotor,
P adalah plugboard, dan U adalah reflector. Dan E adalah hasil enkripsinya.
Dan
semuanya itu ditentukan oleh ketetapan yang ditentukan Jerman berbeda-beda
untuk setiap jaringan yang ada dan untuk setiap harinya. Dan kesemuanya itu
ditentukan Jerman dengan cara memberikan sebuah buku sebagai standar untuk
masing-masing operator. Adapun hal-hal yang diatur adalah : pilihan rotor dan
peletakan posisi dari rotor-rotor tersebut, pemilihan huruf awal dari setiap
rotornya, posisi plug pada plugboard, dan tipe reflector yang digunakan.
E. Pemecahan Kode Mesin Enigma
Kode
hasil enkripsi mesin enigma yang telah serumit itu dan bahkan diklaim oleh
Jerman tidak mungkin dipecahkan tersebut ternyata tetap saja mempunyai
kelemahan-kelemahan yang pada akhirnya berakhir pada terpecahkannya kode
enkripsi tersebut oleh pihak musuh.
Kelemahan
tersebut antara lain :
1. Fakta
bahwa sebuah huruf tidak dapat dipetakan ke huruf itu sendiri, contohnya misal huruf
‘A’ sebagai input tidak mungkin menghasilkan huruf ‘A’ juga; sebagai output.
2. Operator
harus melakukan setting untuk mendapatkan initial
value. Di mana di kasus-kasus tertentu, hal tersebut dapat terprediksi, dan
kesalahan yang umum dilakukan oleh operator-operator tersebut adalah dalam
memilih nilai yang dapat dengan mudah diprediksi sebagai initial value.
3. Penyandian
bersifat resiprok, jadi bila huruf ‘A’ disandikan menjadi huruf ‘Z’, maka huruf
‘Z’ akan disandikan menjadi huruf ‘A’.
4. Kunci
pesan dikirimkan 2 kali.
5. Posisi
turnover pada setiap rotor unik, sehingga memungkinkan untuk ditebak rotor mana
saya yang digunakan.
a. Metode Permutasi Marian Rejewski
Marian
Rejewksi adalah seorang matematikawan asal Polandia yang memang ditugaskan untuk
memecahkan kode enigma. Saat itu Rejewski bisa mendapatkan pesan-pesan
terenkripsi Jerman dengan menyadap sinyal komunikasi radio tentara Jerman.
Sampai akhirnya dia berhasil mendapatkan 6 buah pesan terenkripsi pada hari
yang berbeda. Dan dapat disusun dalam persamaan permutasi sebagai berikut :
A
=
S H R’ T’ R’-1 H-1 S-1
B
=
S H Q R’ Q-1 T’ Q R’-1 Q-1 H-1 S-1
C
=
S H Q2 R’ Q-2 T’ Q2 R’-1 Q-2
H-1 S-1
D
=
S H Q3 R’ Q-3 T’ Q3 R’-1 Q-3
H-1 S-1
E
=
S H Q4 R’ Q-4 T’ Q4 R’-1 Q-4
H-1 S-1
F
=
S H Q5 R’ Q-5 T’ Q5 R’-1 Q-5
H-1 S-1
Dengan
S adalah permutasi yang berasal dari plugboard, H adalah permutasi yang berasal
dari hubungan antara socket pada plugboard dengan mesin, T adalah permutasi
rotor, dan kemudian yang terakhir, Q adalah permutasi sederhana yang memetakan
sebuah huruf menjadi huruf berikutnya.
Persamaan
yang terdiri dari 6 persamaan dan 4 buah permutasi yang tidak diketahui
tersebut tidak dapat terpecahkan, sampai pada saatnya Rejewksi berhasil
mendapat bantuan berupa tabel kunci harian untuk bulan September dan Oktober
1932. Yang kemudian memberi petunjuk pada Rejewksi dalam memecahkan kode
enigma.
b. Metode Grill
Metode
ini adalah metode yang merupakan kelangsungan dari penemuan Rejewski. Yang
mendekripsi pesan berdasarkan persamaan permutasi yang telah ditemukan oleh
oleh
Rejewski,
dan akhirnya dengan mengetahui kebiasaan bahwa 3 huruf pertama kunci biasanya
diset berjauhan oleh operator, akhirnya keenam persamaan permutasi tersebut
dapat terpecahkan.
Adapun
urutan dari hal-hal yang dapat dipecahkan oleh Metode ini adalah pilihan roda
kanan,
kombinasi dari plugboard, baru kemudian posisi dari roda tengah dan kiri. Yang
kesemuanya ini didapatkan dari percobaan ribuan kalo yang dilakukan untuk
memecahkan kode enigma ini.
c. Metode Lembar Berlubang Zygalski
Metode
ini berdasar fakta bahwa dari semua kemungkinan posisi rotor, 40% pasti
permutasi AD. Yang kemudian berkahir dengan ditemukannya posisi roda pada
setiap siklus. Namun pada akhirnya metode ini tidak berhasil untuk digunakan,
karena banyaknya waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk membuat kertas berlubang
untuk setiap kombinasi roda.
d.
Metode Katalog Karakteristik
Metode
ini didasarkan pada fakta bahwa permutasi AD, BE, dan CF tidak ditentukan oleh
kombinasi plugboard, dan hanya ditentukan oleh posisi-posisi roda rotor yang
digunakan. Yang kemudian dapat dimodelkan dalah bentuk permutasi disjungtif :
(a1a2a3a4a5a6a7a8a9a10a11a12a13)
(b1b2b3b4b5b6b7b8b9b10b11b12b13)
Dan
setiap huruf dipetakan ke hurud berikutnya, dengan a13 dipetakan
kembali ke a1.
e. Bombe
Alat
yang dibuat oleh Alan Turing dari Inggris ini dirancang supaya walau Jerman
mengubah standar operasi mereka, dengan teknik-teknik yang sudah ditemukan,
tetap dapat memecahkan kode dari mesin enigma.
Hal
yang mendasari kerja bombe adalah sifat yang disebabkan oleh reflector pada
mesin enigma, di mana terjadi enkripsi yang resiprok, yang kemudian berhasil
diturunkan sehingga posisi dari roda-roda tersebut dapat ditebak dengan
memperhitungkan hal tersebut, hanya saja waktu yang diperlukan cukup lama jika
dilakukan secara manual seperto sebelum-sebelumnya. Maka dibuatlah bombe
sebagai alat mekanik untuk mengotomatisasi pekerjaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Enigma
adalah sebuah mesin enkripsi yang hanya menggunakan substitusi, namun karena
dilakukan dalam sebuah rangkaian dan dengan bermacam-macam cara setiap
substitusi dilakukan, maka enkripsi yang dihasilkan sangatlah bagus, bahkan
sampe pihak Jerman waktu itu meyakini bahwa kode tersebut tidak mungkin
dipecahkan oleh siapapun.
Dan
akhirnya kode tersebut dapat dipecahkan, walaupun dengan memakan waktu yang
sangat lama dan usaha yang luar biasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua
teknik enkripsi dapat dikuak, dan kode hasil enkripsi tentu saja dapat dipecahkan.
Tidak ada kode enkripsi yang tidak dapat dipecahkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Gaj, Kris, and Arkaiusz Orlowski.
(2003). Facts and Myths of Enigma : Breaking Stereotypes.
[2]
Munir, Rinaldi. (2004). Bahan Kuliah
IF1504 Kriptografi. Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung.
[3]
Rejewski, Marian. (1980). An Application
of the Theory of Permutations in Breaking the Enigma Cipher.
[4]
Shingleton, Tyler. Enigma Machine:Design
and Analysis
[5]
Tuma, Jiri. (2003). Permutation Groups
and the Solution of German Enigma Cipher
No comments:
Post a Comment